Dua Perangai Iman

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Apa kabar sahabat fillah ?

Alhamdulillahirabbil'aalamiin, syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kita limpahan nikmat yang tiada batasnya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Akhir zaman, Penerang hidup dikala gelapnya dunia yakni Nabi Muhammad SAW.

      Syukur diri panjatkan kepada Yang Maha Kuasa, atas segala limpahan rahmat dan kasih saya
ngnya kali ini kita dapat dipertemukan kembali di Web Dakwah yang Insyaallah ini menjadi Penerang hati yang sunyi, Pendekat diri pada Yang Maha Terpuji, dan Pengobat hati dikala hati berduka.

     Sahabat sekalian, sebelumnya kita sudah memahami beberapa artikel mengenai pembahasan Makna Hidup, Makna Islam, Cinta Untuk Sang Baginda, dan Makna Iman. Dari beberapa pembahasan tersebut sudahkah kita memahaminya?, Sudahkah kita ambil hikmahnya?, Sudahkah kita amalkan dalam hidup kita? Mudah-mudahan kita semua termasuk orang-orang yang bertaqwa.

    Sahabat sekalian, kali ini penulis akan membahas mengenai Dua Perangai Penting Iman, yakni Sabar dan Syukur.

Kak, apa sih perangai itu ?

Perangai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatan. Kata perangai bersinonim dasar atau inti. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa :
"Terdapat dua hal penting yang patut kita dasari dalam menjaga keimanan kita yakni sabar dan syukur" .

Kak, apa sih sabar itu? Adakah hubungannya dengan bersyukur? Lantas, mengapa sabar dan syukur itu menjadi dasar penjaga keimanan kita kak?

Baiklah, kali ini penulis akan memberikan jawaban dari pertanyaan diatas.

Kata sabar berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata "sobaro yasbiru", yang artinya menahan. Sedangkan secara istilah, sabar adalah menahan diri dari segala macam bentuk kesulitan, kesedihan atau menahan diri dalam menghadapi segala sesuatu yang tidak disukai atau dibenci. Adapun pengertian sabar secara umum adalah suatu sikap menahan diri dari perbuatan tercela, bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh dengan tujuan melatih diri dalam ketaatan kita kepada Allah SWT.
Dalam Islam, ada tiga bentuk sabar yakni sabar dalam ketaatan, sabar dalam menghadapi musibah, dan sabar dalam menjauhi perbuatan maksiat.

Sabar dalam ketaatan

Dalam menjalankan ketaatan dan perintah Allah SWT akan terasa berat sehingga membutuhkan kesabaran yang tinggi. Seperti contoh sabar dalam menahan diri dari sifat malas agar tetap istiqomah dalam menjalankan kewajiban sholat tepat pada waktunya, menjalankan sholat selalu berjamaah, sabar menjalankan puasa dengan menjaga lisan, hati dan pikiran, sabar dalam menuntut ilmu dan lain sebagainya.

Sabar dalam menghadapi cobaan atau musibah

Orang yang beriman hendaknya bersabar atas segala ujian, cobaan dan musibah yang datang kepadanya. Percaya bahwa Allah tidak akan menguji hamba-Nya diluar batas kemampuannya. Ketika mendapatkan cobaan, maka bersabar dan ikhlas dengan apa yang terjadi. Terus yakin dan berusaha bahwa Allah selalu bersama kita, dan Allah akan memberikan kemudahan disetiap kesulitan yang kita hadapi, karena sesungguhnya Allah itu bersama dengan orang-orang sabar.



Sabar dalam menjauhi perbuatan maksiat


Segala sesuatu yang haram dan dilarang Allah SWT hendaknya kita jauhi sehingga orang-orang beriman diwajibkan untuk menjaga dan menahan diri dari segala bentuk maksiat dan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT.

Sahabat,
Sabar dan syukur itu memiliki keterkaitan, siapa orang yang selalu bersyukur atas nikmat Allah pasti dia selalu bersabar atas kehendak yang Allah turunkan padanya.
Sekecil apapun hal yang kita dapatkan, tetaplah berucap syukur seraya bersabar akan keyakinan terhadap Rahmat Allah yang takkan terputus kepada kita selagi kita terus berusaha di Jalan-Nya.

Mengapa sabar dan syukur itu menjadi dasar penjaga keimanan kita?

Alkisah, suatu ketika Rasulallah SAW ditanya oleh seorang sahabat : "Wahai Rasulallah, apa itu Iman?" . Beliau menjawab, "Sabar".

Rasulallah SAW bersabda, " Sabar adalah separuh dari iman".

Siapa orang yang memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, maka keimanannya akan tinggi pula. Siapa orang yang memiliki tingkat kesabaran yang lemah (rendah), maka keimanannya pun akan lemah pula.

Allah SWT berfirman:

مَا عِنْدَكُمْ  يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ بَاقٍ ۗ  وَلَـنَجْزِيَنَّ الَّذِيْنَ صَبَرُوْۤا  اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
maa 'indakum yanfadu wa maa 'indallohi baaq, wa lanajziyannallaziina shobaruuu ajrohum bi`ahsani maa kaanuu ya'maluun

"Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. An-Nahl 16: Ayat 96)

Masyaallah, masihkah kita mengeluh dengan kesulitan yang kita hadapi saat ini? Bagaimana dengan keimanan kita?
Mari kita renungkan bersama.

Sabar dan syukur adalah perpaduan dua hal yang hebat, tidak banyak orang yang melakukannya dan tidak sedikit pula orang yang mengabaikannya.
Keduanya adalah hal yang penting, bagi siapa saja orang yang beriman kepada-Nya.

Ketika kita melakukan sesuatu atas dasar sabar dan syukur kepada Allah SWT, maka takkan mustahil hari-hari kita akan terasa lebih indah dan bermakna.
Maka, ketika kita mampu memaknai hari-hari kita dengan baik, kita juga dapat lebih mudah untuk terus menjaga keimanan kita dan terus berusaha meningkatkannya agar kita termasuk orang-orang bertaqwa.

Sahabat shalih dan shaliha,
Demikian pembahasan kita kali ini, mohon maaf atas segala kekurangan, baik dari penyajian pembahasan, penggunaan ejaan, maupun penyusunan kalimatnya, karena disini penulis pun masih dalam tahap belajar. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya dari pembaca.
Semoga dari apa yang kita bahas kali ini, kita tersadarkan akan dua hal yang kecil tapi bermakna besar, terlihat mudah tapi sulit untuk dilakukan yakni Sabar dan Syukur.
Semoga kita termasuk orang yang sabar lagi pandai bersyukur.

Terima kasih telah membaca,
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Comments

Popular posts from this blog

Makna Islam

Makna hidup

Mushab ibn 'Umair